Renungan Harian – KECONGKAKAN

Renungan Harian 19 Juli 2020
Renungan Harian 19 Juli 2020

Renungan Harian Kristen hari ini: Juli 2020.

Renungan

Dihadapkan pada pilihan ikut dengan golongan yang rendah hati atau dengan yang congkak pasti kita pilih golongan yang rendah hati. Namun bagaimana praktik sehari-hari?

Nampaknya, pada zaman Amsal ataupun sekarang, orang ingin menjadi kaya cepat melalui koneksi dengan yang berkuasa. Golongan yang berkuasa terkenal akan hidup mewahnya yang merupakan hasil rampasan atau hak-hak hidup manusia lainnya. Mereka merampas hak atas tanah, atas harta, atas keadilan, atas pengadilan, atau atas hak-hak lainnya. “Siapa yang berani menentang mereka?” serunya dengan congkak.

Amsal menegaskan bahwa golongan yang rendah hati, yang jujur, yang sederhana, hidup miskin dan tertindas. Tidak ada yang membela mereka. Namun, Amsal mengatakan bahwa lebih baik kita bergabung dengan mereka karena mereka takut akan Allah dan bersandar kepadaNya. Percaya atau tidak, nabi Yesaya juga menyatakan bahwa “Allah hidup bersama-sama orang yang remuk dan yang rendah hati” (Yesaya 57:15)

Orang yang congkak tidak membutuhkan bantuan orang lain, bahkan tidak dari Allah. Dia merasa diri aman dan puas atas keberhasilannya. Meski ia rajin dalam ibadah dan persembahan korban, dalam hatinya dia menganggap dapat membeli keselamatan dan berkat. Dibutuhkan kerendahan hati untuk dengan jujur menerima keselamatan Tuhan. Hal inipun berlaku bagi kita dalam menerima tawaran keselamatan dalam Yesus Kristus. Secuilpun keangkuhan dalam diri kita akan membatalkan anugerah Allah.

Allah menentang orang yang congkak, dan mengasihani orang yang rendah hati.

Bacaan Alkitab

Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati daripada membagi rampasan dengan orang congkak.

ANAK SAKIT

Anak itulah jantung hati orangtuanya. Memang ada seorang ayah atau ibu yang tidak menyukai anaknya karena suatu alasan tertentu. Saya pernah berjumpa dengan sepasang suami isteri yang nampak tidak menyukai puteranya yang ketiga. Mengapa? Karena pada waktu anak itu lahir, perusahaan ayahnya bangkrut. Suami isteri itu percaya bahwa anak mereka membawa sial. Jelas, itu tidak benar, namun bisa terjadi.

Jadi, umumnya orangtua mengasihi anaknya. Hal ini paling terlihat nyata ketika anaknya sedang sakit. Orangtua akan berbuat apapun dalam usahanya agar anaknya disembuhkan. Bila perlu, mereka tidak segan untuk menjual hartanya, atau bahkan meminjam uang dari orang lain untuk ongkos obat, dokter ataupun rumah sakit.

Nah, hari ini kita berjumpa dengan seorang ayah, pegawai istana, yang mendengar tentang Tuhan Yesus dan datang memohon agar Tuhan mau menyembuhkan anaknya. Mungkin dia mendengar tentang Tuhan yang menyembuhkan dengan menjamah atau tentang orang yang menjadi sembuh karena menjamah Yesus. Tapi, jawab Tuhan mengherankan: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya”. Mungkin ayah anak yang sakit itu sangat mengharapkan Tuhan datang dan menjamah anaknya, maka ayah itu meminta dengan sangat: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati”. Jawab Tuhan lagi sekali mengejutkan: “Pergilah, anakmu hidup!”.

Ayah itu ditantang untuk percaya kepada apa yang Tuhan perintahkan: “Pergilah, anakmu hidup!”. Ayah itu tidak melihat tanda atau keajaiban, tapi dituntut untuk percaya dan taat. Suatu keajaiban terjadi karena dia mempercayai Yesus. Beranikah kita mempercayakan anak kita kepada Tuhan?

Tuhan, kami mengaku bahwa kami sering cenderung mau menyaksikan keajaiban dari pada percaya kepada perkataanMu, firmanMu. Tolong setiap kami untuk mengenal firmanMu. Roh Kudus, mampukan kami. Amin

Bacaan Alkitab

Tuhan, datanglah sebelum anakku mati”. Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!

Yohanes 4:49-50