Renungan harian: Jadikanlah peringatan akan Aku

Renungan harian Januari 2020
Renungan harian Januari 2020

Renungan Harian Kristen hari ini: 21 Januari 2020.

Bacaan Alkitab

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, katanya: “inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Lukas 22: 19

Renungan

Setiap kali bersekutu dalam Perjamuan Kudus, kita terhanyut dalam penghayatan penderitaan Kristus di kayu salib agar manusia selamat dari kebinasaan. Bukankah Yesus sendiri yang telah mengatakan: “… perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Ya, mengingat Yesus berarti mengingat peristiwa salib 2000 tahun yang lalu.

Namun penghayatan demikian seakan mengerdilkan ingatan kita tentang Yesus. Yesus bukan hanya sang Juruselamat yang mati tersalib bagi dunia. la adalah seorang tokoh yang pernah hidup dalam sejarah paling tidak selama 33 tahun. Karena itu, “mengingat Dial” mestinya dipahami dalam perspektif yang lebih luas tentang seluruh eksistensi-Nya yaitu: pola hidup, ajaran, dan tindakan-Nya.
Alkitab mencatat bagaimana Yesus hadir dan mengabdikan diri bagi umat manusia. la memberi makan orang lapar, menyembuhkan orang sakit, menghibur yang berduka, dan bersahabat dengan janda miskin, pelacur, dan pemungut cukai. la menyampaikan kabar baik bagi orang miskin, memberitakan pembebasan bagi yang terancam, membebaskan yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah tiba (Luk. 4: 18-19).

Tindakan Yesus memecah roti dan membagikannya pada murid-murid-Nya dapat diartikan sebagai tindakan memberi diri dan rela berkorban bagi mereka dan semua orang. la benar-benar telah “membagikan diri-Nya” secara utuh kepada manusia sebagai implementasi cinta kasih-Nya yang mencapai puncaknya di bukit Golgota. Memecah roti dapat pula berarti membagi dan menyalurkan berkat Tuhan (Kis. 2: 41-47). Roti dan anggur adalah lambang kehidupan. Ketika Jemaat pertama memecahkan roti, mereka sedang membagi hidup, perhatian dan saling berbela-rasa dengan orang lain sebagai sesama dan saudara. Dengan demikian, persekutuan tersebut dilandaskan pada kasih persaudaraan yang di dalamnya terkandung kepedulian sosial.

Gereja (pengikut Kristus) perlu melanjutkan misi Kristus dalam dunia sebagai “peringatan akan Dia”. Gereja terpanggil untuk “membagikan dirinya” bagi sesama. Gereja hadir untuk menyalurkan berkat Allah dan mewujudkan kasih persaudaraan dengan sesama, sekaligus sebagai wujud cinta dan kesetiaan kepada Allah. Dalam penghayatan inilah, Perjamuan Kudus menjadi lebih bermakna dalam kehidupan iman kita, karena Perjamuan Kudus memang sarat dengan dimensi sosial.